Jakarta (UNAS) – Program Doktor Ilmu Politik FISIP Universitas Nasional (UNAS) menggelar Sidang Senat Terbuka dalam rangka promosi doktor bagi Wahyudi Pramono. Disertasi yang diajukan oleh Wahyudi secara mendalam mengupas peran penting tokoh-tokoh tradisional dalam dinamika politik lokal, dengan fokus pada Pilkada Sampang, Madura tahun 2018. Acara ini diselenggarakan di Ruang Seminar(22/8), Menara UNAS, dan dihadiri oleh berbagai tokoh akademis serta undangan lainnya.
Sidang dibuka oleh Ketua Sidang, Prof. Dr. Umar Basalim, S.E., D.ES., yang didampingi oleh Promotor Prof. Dr. Lili Romli dan Ko-Promotor Prof. Dr. Aris Munandar, M.Si. Disertasi berjudul “Peran Kyai, Blater, dan Klebun pada Pilkada Sampang Madura Tahun 2018” ini mengeksplorasi bagaimana tokoh-tokoh lokal seperti kyai, blater, dan klebun mempengaruhi proses politik, khususnya dalam pemilihan kepala daerah di Sampang.
Dalam pemaparannya, Wahyudi Pramono menjelaskan bahwa sejak tahun 2005, format Pilkada di Indonesia berubah dari pemilihan melalui DPR menjadi pemilihan langsung oleh masyarakat. Perubahan ini dianggap sebagai kemajuan demokrasi karena masyarakat dapat terlibat langsung dalam memilih dan mengevaluasi kepala daerah mereka. Namun, Wahyudi juga mengungkapkan bahwa setelah perubahan ini, terutama sejak 2015, muncul tokoh-tokoh lokal yang dikenal sebagai “lokal strongman” seperti kyai, blater, dan klebun, yang memiliki pengaruh besar dalam proses pemilihan. Di Madura, khususnya di Sampang, peran mereka sangat menonjol.
Penelitian ini menyoroti bagaimana kyai sebagai pemimpin spiritual, blater sebagai tokoh keamanan, dan klebun sebagai kepala desa, memainkan peran penting dalam mengarahkan pilihan politik masyarakat Sampang. Meskipun kyai memiliki pengaruh besar, hasil Pilkada Sampang 2018 menunjukkan bahwa kekuatan blater dan klebun yang mendukung pasangan calon tertentu lebih dominan, sehingga pasangan yang didukung oleh mereka berhasil memenangkan Pilkada. Kemenangan pasangan yang didukung oleh blater dan klebun tanpa dukungan kyai menunjukkan adanya pergeseran dalam otoritas sosial dan politik di Sampang. Masyarakat yang sebelumnya sangat bergantung pada kyai, mulai berpaling kepada blater dan klebun sebagai figur yang lebih relevan dalam konteks politik lokal.
Penelitian Wahyudi juga menggarisbawahi bahwa meskipun masyarakat Sampang telah mengalami beberapa perubahan sosial, mereka masih sangat bergantung pada tokoh-tokoh lokal ini dalam menentukan pilihan politik. Ini menunjukkan bahwa demokrasi di tingkat lokal masih sangat dipengaruhi oleh struktur sosial dan kultural yang kuat, yang mungkin berbeda dengan harapan dari demokrasi langsung yang ideal.
Dalam penutupannya, Wahyudi Pramono menegaskan bahwa peran kyai, blater, dan klebun dalam Pilkada Sampang 2018 sangat signifikan dan menentukan. Meskipun peran kyai yang sebelumnya dominan mulai tergeser, tokoh-tokoh lokal lainnya seperti blater dan klebun kini mengambil peran yang lebih besar dalam politik lokal. Temuan ini memberikan wawasan penting tentang dinamika politik di daerah dan bagaimana struktur sosial mempengaruhi proses demokrasi di tingkat lokal. Sidang diakhiri dengan ucapan selamat dari para penguji dan promotor kepada Wahyudi Pramono atas keberhasilannya meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Politik.(PUL)