International Conference on Social and Political Science II (ICOSOP II) adalah kegiatan reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional yang mempertemukan dosen dan peneliti untuk bertukar pikiran tentang isu-isu mutakhir dalam ilmu sosial di dunia. Pelaksanaan konferensi yang berlangsung selama satu (1) hari, diikuti 55 peserta dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Malaysia dengan pembicara undangan, peserta panel, partisipan aktif. Selain itu, terdapat juga partisipan umum dari kalangan peneliti, dosen, dan mahasiswa yang turut mendaftar untuk hadir dalam tema-tema sesuai minat dan perhatian.
Kegiatan ICOSOP II membahas tentang mobilitas, perjumpaan budaya, dan saling koneksi sosial menjadi bagian penting dalam pola hubungan sosial, pembentukan institusi, dan nilai-nilai baru masyarakat. Tema ini berangkat dari kenyataan kemajuan teknologi digital dan transportasi abad ke-21 telah menjadikan ruang geografis yang sebelumnya menjadi kendala perjumpaan lintas budaya dan bangsa terlampaui. Dari tema itu, terdapat beberapa sub-tema seperti Kewargaan Global dan Resiliensi Sosial, Perempuan dan Internasionalisasi Kerja; Konsekuensi Mobilitas Lintas Negara; Teknologi Digital dan Masa Depan Demokrasi; Diplomasi Digital dan Paradigma Hubungan Internasional Baru; Media Baru dan Kebijakan Publik, Hybridisasi Identitas dan Ikatan Kebudayaan; Tata Kelola Digital dan Kualitas Layanan Publik; dan Keadilan Sosial di Kota-Kota Indonesia.
Beberapa pembicara utama konferensi ini telah memberikan beberapa topik menarik sesuai dengan tema konferensi. Andi Achdian dari Pusat Kajian Sosial dan Politik FISIP UNAS menyampaikan bagaimana mobilitas adalah karakter sifat utama yang membentuk perkembangan budaya manusia dalam perjalanan sejarah panjang. Mobilitas yang lintas benua, lintas negara, dan lintas budaya, bagaimanapun belum mendapatkan perhatian yang layak dari para peneliti ilmu sosial di Indonesia.
Selanjutnya Professor L. Ayu Sarasvati dari Departmen of Women, Gender, and Sexuality Studies, University of Hawai’i, dalam presentasinya menunjukkan kenyataan penting tentang “neoliberal logic” yang melahirkan kondisi semakin banyak seseorang menghabiskan waktu dalam media sosial, semakin berjarak (terdiskoneksi) seseorang. Kenyataan ini memberikan gambaran kontras tentang sifat media sosial yang menjanjikan saling hubung (konektivitas) yang dikuasai logika neoliberal.
Sementara Timo Duille, peneliti dari Bonn University, menyampaikan gagasannya tentang kegamangan yang muncul dalam proses perjumpaan budaya dengan mengulas tuduhan anti-Semitisme dari media Jerman terhadap tema pameran yang digelar seniman Indonesia dalam pameran seni Documenta. Menurut Timo, persoalan pengalaman sejarah berbeda menjadi dasar terjadinya benturan diskursus antara media Jerman dengan para seniman Indonesia. Dari Indonesia, Professor Aris Munandar menyampaikan bagaimana relasi manusia dan alam menjadi faktor penting dalam perkembangan industri turisme, manajemen sampah, dan keberdayaan berkelanjutan. Keseluruhan tema-tema tersebut membentuk rangkaian tentang bagaimana mobilitas, perjumpaan budaya, dan konektivitas menjadi bagian tak terhindar dalam dunia sosial kita. Ilmuwan sosial sekarang dihadapkan pada kenyataan untuk mengembangkan kembali perspektif dan metode kreatif ilmu sosial menanggapi perkembangan dunia kontemporer sekarang.
Pelaksanaan kegiatan ini dijalankan Pusat Kajian Sosial dan Politik (PKSP), yang merupakan unit kajian di dalam lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Dr. Erna Ermawati Chotim, M.Si menyampaikan bahwa ICOSOP adalah ajang bagi FISIP UNAS untuk mendapatkan rekognisi internasional. Kegiatan ini adalah kegiatan berkesinambungan yang berjalan setiap tahun. Pada agenda ICOSOP II terdapat perhatian penting untuk mendapatkan pandangan baru tentang metode dan perangkat konseptual yang dapat menangkap kekayaan masalah dalam perkembangan-perkembangan kontemporer di dunia. Kedua, bagaimana para peneliti ilmu sosial dapat menanggapi kecenderungan-kecenderungan baru dalam dunia sosial menjadi bagian dari metode, agenda dan orientasi penelitian mereka. Ketiga adalah bagaimana kerjasama lintas negara yang dapat dilakukan para peneliti dan dosen dari berbagai universitas yang terlibat dalam kegiatan konferensi ini. Sementara agenda tahun depan direncanakan akan menyinggung isu strategis seperti perkembangan geopolotik global, sustainabilitas kehidupan masyarakat kota abad ke-21, dan politik kewargaan.