Jakarta (Unas) – Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional (Unas), Anita Rosana raih gelar Doktor Bidang Ilmu Komunikasi dengan predikat sangat memuaskan, dalam sidang terbuka di Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta, Kamis (24/08).
Dalam sidang tersebut, Anita mempresentasikan ringkasan disertasinya yang berjudul ‘Interaksi Simbolik dan Konstruksi Realitas Sosial Pada Seni Rajah Titi Mentawai Sebagai Identitas Subkultur’.
“Penelitian ini terfokus pada fenomena perubahan makna tato tradisional Mentawai, yang sebelumnya merupakan budaya dominan menjadi identitas subkultur,” ujar Anita dalam pemaparannya.
Ia melanjutkan, di Indonesia sendiri, banyak suku yang diketahui telah menjalankan tradisi rajah tubuh selama berabad-abad, seperti masyarakat suku Mentawai di Sumatera Barat, suku Dayak di Kalimantan, suku Moi di Papua, dan sebagainya.
“Mereka telah lama menghidupi tradisi ini, merajah tubuh sebagai bagian dari alat komunikasi, tradisi dan keyakinan. Pada masyarakat Mentawai, merahah tubuh atau tato tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi budaya tradisional yang digunakan untuk mengkomunikasikan identitas diri,” ucapnya.
Namun, lanjut Anita, pada beberapa fase politik di Indonesia, pemerintah melakukan pelarangan terhadap tato secara umum dan tradisi titi Mentawai, yang pada saat itu tato dikonotasikan sebagai perbuatan melanggar hukum dan premanisme.
“Adanya hal tersebut berimplikasi langsung pada keberlangsungan tradisi seni rajah yang kemudian memudar karena ditinggalkan generasi penerusnya yang tidak bertato,” paparnya.
Lebih lanjut, seiring perkembangan jaman dan masuknya informasi global kontemporer ke Indonesia, tradisi seni rajah ikut mewarnai budaya populer kekinian. Maraknya artis idola kaum muda dengan berbagai tindikan dan tato di tubuhnya, akhirnya menggeser pandangan kaum urban terhadap orang bertato.
“Masyarakat umum, khususnya masyarakat urban, kini terbiasa melihat orang bertato. Bahkan kini motif tato tradisional banyak memberikan inspirasi kepada tato modern. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti seni rajah yang dilakukan suku Mentawai ini,” jelas Anita.
Di akhir paparannya itu, Anita berharap, disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Mentawai dan juga kebaruan dalam bidang Ilmu Komunikasi.
“Semoga apa yang saya teliti dan tuliskan dalam penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi Ilmu Komunikasi dan Universitas Nasional sebagai tempat saya mengajar,” pungkasnya.